Rabu, 30 Desember 2015

Dinner Bersama Sahabat di Resto Mang Engking



Kebersamaan Dinner Seru Dengan Sahabat-Sahabat Tersayang

Niih restoran yang deket kampusku tapi baru kesana cumin sekali karena harganya yang selangit (haha) maklumlah kan anak kos. Nah pada waktu tuh dibulan april ada pacar temenku yang punya nasar nanti bulan depan dia bakal traktir makan dan gtempat makannya ditentuin sama kita-kita dan kita memutuskan untuk mencoba restoran yang bernuansa sunda dengan tempat makan digazebo diatas kolam ikan. Kami tahu disitu harganya mahal makanya kami pilih disitu (hahaha).



Bukannya kami  jahat tapi diyanya sendiri yang menawarkan dimana saja asalkan masih area solo kota. Nah waktu itu kami berdelapan yaitu aku, rita, satria, dede, hero, triher, retno, dan candra. Yang berperan sebagai bos yang mentraktir kita disini adalah hero. Hero usianya paling muda diantara kita dan dia juga pacarnya si dede. 

Sungguh nikmat dan romantis tempatnya apalagi kalo makannnya cumin sama pasangan waktu malam uuh so sweet banget pokoknya. Dengan dekorasi ala saung ditepi kolam ikan dengan lampu neon serta alunan lagu sunda yang merdu menambah suasana syahdu yang nikmat banget.
Setelah makanan datang duuuh satu meja besar penuh dengan beraneka macam makanan masakan sunda dari sayur, ikan goring/bakar, ayam, see food, sambal, dll. Tapi tidak lupa sebelum makan kita berfoto dulu (hahaha) biar kaya anak alay. Dan tidak lupa kita cuci tangan dan berdoa sebelum makan. 


Setlah makan kami tidak langsung pulang kami bermain terlebih dahulu dikolam ikan yang lumayan luas itu dengan menaiki perahu bebek menyusuri kolam ikan tersebut. Seru sekali terlihat kami sangat bahagia dan kebersamaan kami makin terlihat pada waktu itu. 

Niih ada pasangan paling fenomenal dikelas kami. Yang sok-sok an jaim padahal ada rasa saling suka (hahaha). Dan diam-diam sicowoknya niih sering main ketempat ceweknya tuh tanpa sepengetahuan dari kita teman-temannya. Maka dari itu kami sering menjodoh-jodohkan mereka berdua. 

makasih ya sahabat-sahabatku karena kalian hidupku semakin indah dan penuh dengan kekonyolan yang takkan pernah aku lupakan sampai kapan pun. kelak bakal menjadi cerita yang indah untuk anak cucu kita nanti.semoga persahabatan kita tidak hanya dibangku kuliah tetapi sampai berkeluarga dan mempunyai kesibukan masing-masing kita tetap menjadi sahabat selamanya. BEST FRIENDS FOREVER LOVE YOU SO MUCH :* :* :*


Selasa, 29 Desember 2015

BERKUNJUNG KE TAMAN LABIRIN TAMBANG ULANG KALIMANTAN SELATAN

 Main Petak Umpet di Labirin Bikin Pusing

libur anak sekolah sudah tiba ini tapi bagi yang sekolah kalau aku mah sudah tidak sekolah lagi jadi liburnya setiap hari (hahaha). dikalenderku semuanya tanggal merah (efek belum kerja). apalagi sekarang aku tinggal dikalimantan mau liburan kemana belum tau daerah sini. suatu hari ketika aku males dirumah tidak ada kegiatan ya sudah aku setiap harinya kalau ndak dirumah ya maen ketempat kakak yang ada disini juga. salah satu ananknya kakakku ada yang perempuan namanya Fadila biasa dipanggil dilla. saat itu kita bosen mau ngapain ya sudah iseng2 cari tempat2 yang asyik disekitaran sini. ada taman kelihatannya seru namanya taman Labirin daerah Tambang Ulang tidak jauh dari tempat tinggalku aku lihat di google maps tuh hanya 13 Km dari Pelaihari. ya sudah kami putuskan tuk main kesana dengan mengandalkan GPS aja (hahaha). perjaalanan dari Pelaihari hanya 13 menit ajah nyampe. sesampenya disana banyak pepohonan yang menuju taman tersebut. melewati jembatan dari kolam buatan dari pengelola Taman Labirin.
iih indahnya hijau-hijau (hahahaa). ya selayaknya labirin yang menyesatkan mencari pintu keluar kita mulai dri pintu itu. ketika kami masuk kelabirin tersebut kita berfikir bakalan tersesat apa tidak. ternyata sesampai didalam iya kami sering tersesat dan salah mengambil jalan untuk dapat keluar dari tanaman teh-tehan yang tingginya hampir 2 meter tersebut. tapi seru lho didalamnya kami menemukan anak kecil yang menangis mencari keluarganya (kata dilla iya tersesat mencari mamaknya :-D). 

seru sekali pokoknya keliling labirin mencari pintu keluar tapi pada akhirnya kami menemukan jalan keluar dari labirin itu. senang rasanya bisa menemukan jalan keluar dari labirin yang bikin pusing. setelah keluar dari labirin pusing kita disuguhi kolam buatan yang indah dengan gazebo ditengah kolam. untuk mencapai ketengah melewati jalan yang mirim jembatan seru pokoknya disana rame banyak pengunjung juga disana.
angin ditengah kolam buatan tersebut sejuk sekali. nyaman lah pokoknya disitu. setelah puas dikolam dilla mengajakku untuk masuk lagi kelabirin pusing . tetapi kita memulai dari pintu keluar menuju pintu masuk. ayok laaah siapa takut (hahaha). dan mulailah kami masuk lagi kelabirin pusing sampai ditangah-tengah labirin ada menara buatan dan aku memutuskan untuk naik mencoba melihat keindahan taman Labirin dari atas sana. dilla aku ajak naik kemenara tersebut tidak hakun dia kada brani naikknya kesana. yasudah aku naik aja sendiri kemenara tersebut. dan setelah aku sampai diatas menara dilla pun ikutan naik kemanara tersebut walupun dengan ketakutan waktu menaikinya karena si dilla takut dengan ketinggian.

lebih indah menikamati taman labirin dari atas menara terlihat jelas petak-petak labirinnya. kami tidak lama kemudian turun karena si dilla takut dengan ketinggian yasudahlah yang penting sudah dapat gambar taman labirin dari atas menara (hihihi). setelah itu kami lanjutkan mencari pintu masuk dari labirin pusing tersebut karena tadi memulai dari pintu keluar (hehehe).
seru sekali melancong sore itu walaupun hanya daerah dekat rumah tapi lumayan menghibur lah daripada bosan dirumah ngak tau mau ngapain.


Minggu, 13 Desember 2015

BELAJAR BAHASA BANJAR KALIMANTAN SELATAN

 Pengalaman belajar bahasa banjar
 
saya sekarang tinggal di pelaihari kalimantan selatan saya baru pindah sekitar 2 bualan yang lalu. naah disini saya mau berbagi pengalaman saya dengan orang-orang sini. masyarakat pelaihari mayoritas adalah orang pendatang yang merantau kekalimantan. orang yang saya temui  kebanyakan berasal dari jawa, salah satunya jawa tengah seperti saya (hehehe). selain jawa tengah juga ada dari madura, medan, dan juga orang padang. ada juga masyarakat asli sini yang dinamakan masyarakat banjar karena mereka keturunan suku banjar kalimantan selatan. masyarakat asli banjar menggunakan bahasa sehari-hari dengan bahasa banjar. 
saya mulai belajar bahasa banjar semenjak disini tetapi orang banjar kalau bicara cepet2 jadi saya kualahan untuk memahaminya (hahaha). tapi sering mendengar percakapan pake bahasa banjar saya mulai bisa belajar bahasa banjar sedikit demi sedikit. saya mau berbagi ilmu aja menegnai bahasa banjar. niih dia cEkiDoT.........;;;;

Nama = ngaran
Pekerjaan = gawian
Saya = ulun (bahasa halus)
Saya, aku = aku, unda (sapaan untuk sebaya)
Anda = pian, sampiyan (bahasa halus)
Anda, kamu = ikam, nyawa (sapaan untuk sebaya)
Suka, senang = katuju
Dia = inya (sebutan kepada orang ketiga yang sebaya)
Dia, beliau = sidin (sebutan kepada orang ketiga yang lebih tua / terhormat)

Takut = gair, hara
Benci = muar, muyak
Tidur = guring
Punya, memiliki = baisi, bisi

Pergi = tulak
haur = sibuk
Berpergian, berjalan-jalan = bajalanan
Bertanya = batakun , betakun
Membeli = nukar
Marah = sarik, sangit
Mengomel = bamamai
Kasihan = maras
Rindu, kangen = karindangan, dandaman
Bangun tidur = ma’ilan
Cantik, tampan = bengkeng, bungas, langkar
Ingin = handak
Ingin (benda), mau = kacar
Tidak ingin, tidak mau = kada handak, ‘ndah
Bagaimana? = kaya apa?
Kapan? = Pabila?
Baru = hanyar
Lama = lawas
Sebentar = satumat
Kecil = halus, kipit

Besar= ganal
Muda = anum
Tua = tuha
Senyum = kurihing
air = banyu
sayur = gangan
ikan = iwak
mendidih = manggurak
mencuci (pakaian) = manapas, batatapas
mencuci (piring) = bababasuh
pintu rumah = lawang
jendela = lalungkang
Sampah = ratik
Hari senin = sanayan
Selasa = salasa
Rabu = arba
Kamis = kamis
Jumat = jumahat
Sabtu = sabtu
Minggu = ahad
Ayah = abah
Ibu = uma, mama
Kakak = Kaka, a’a
Adik = ading
Paman = paman, amang, julak
Bibi = acil, julak
Kakek = kai
Nenek = nini
Suami = laki
Isteri = bini
Mertua = mintuha
Menantu = minantu
Saudara = dingsanak 
 contoh kalimat pake bahasa banjar
siapa ngaran ikam? (siapa nama kamu)
ngaran ulun surya. (nama saya surya)
lagi be apah pian? (lagi ngapain kamu?)
lagi hauran. (lagi sibuk)
handak tulak kemana ikam? (mau pergi kemana kamu?)
ulun karindangan ikam (aku rindu kamu)
acil nukar sabun (bibi beli sabun)
ngaran abah ulun bambang (nama bapak saya bambang)
aku handak batutukar ka pasar (aku ingin berbelanja ke pasar)
ulun handak mailangi kuitan (saya ingin menengok orangtua)
lawas kah satumat? (lama apa sebentar?)
kayaapa tulak ka Banjarmasin? (bagaimana pergi ke Banjarmasin?)
Aku muar lawan ikam (aku benci kamu)
Pian langkar banar (anda cantik sekali)
Inya bisi sepatu hanyar (dia punya sepatu baru)

seperti itulah sekiranya yang pernah saya dengar. belajar bahasa banjar itu seru lho bisa nambah pengalaman juga pabila ketemu orang banjar dapat mengerti bahasanya. 




Jumat, 16 Oktober 2015

wisata sore hari di pantai Takisung Tanah Laut, Kalimantan Selatan


 awal perjalananku di pulau kalimantan khususnya kalimantan selatan dikecamatan pelaihari kab. tanah laut kalsel. pantai takisung yang indah disore hari telah saya nikmati keindahannya. angin pantai yang berhembus syahdu sekali rasanya. 
beberapa batu karang dipinggiran pantai menjadi daya tarik tersendiri buat objek para wisatawan berfoto disana. banyak disana berwisata bersama sahabat, keluarga serta juga ada yang bersama dengan kekasih mereka. pokoknya gk bakal nyesel kesana dan ada yang beda lho pasir di pantai takisung warnanya coklat.

Kamis, 16 April 2015

God in my heart always

seandainya mereka tahu isi hatiku mungkin mereka bakal berfikir ulang untuk melakukan tindakan yang memebuat semua keadaan menjadi berubah dari yang sebelumnhya. jika ingat mengenai situasin yang terjadi saat ini aku selalu meneteskan air mata. mungkin ini ujian terberatku tidak semua anak bisa sepertiku. aku beruntung tidak terjerumus ke hal-hal negatif yang katanya dapat membuat lebih baik keadaannya tapi menurutku tidak itu malah menambahkan masalah kedalam sumber masalah yang telah ada.
yang aku bisa hanya seandainya dan berharap keadaan akan lebih baik dengan semua yang telah terjadi tidak mungkin di ulang kembali tapi semjuanya itu dapat diperbaiki agar seperti semuala kembali. semuanya hanya butuh waktu keyakinan dan kesabaran. aku percaya Tuhan itu selalu berada disampingku. God in My Heart always

Kamis, 05 Februari 2015

PEMERINTAHAN INDONESIA PADA MASA KOLONIAL JEPANG




 
PEMERINTAHANINDONESIA PADA MASA KOLONIAL JEPANG


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pemerintahan
Dosen Pengampu : Drs. Yulianto B. Setyadi, M.Si



Oleh  Kelompok 2 :

Prety Ayu Maharani                            (A220110038)
Zulfikar                                               (A220110055)
Yulis Nursita Sari                                (A220110068)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sistem Pemerintahan Pada Masa Kolonial Jepang
1.      Secara Historis
Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe sebagai Perdana Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak menghendaki melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Terjadinya perang pasifik sangat berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia-Belanda adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.
1
 
Pada tanggal 8 Maret 1942, Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (Gubernur Jenderal Belanda), Letnan Jenderal Ter Poorten (Panglima tentara Hindia Belanda), serta pejabat tinggi militer dan seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Dari pihak Jepang hadir Letnan Jenderal Imamura. Dalam pertemuan itu, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Dengan demikian, secara resmi masa penjajahan Belanda di Indonesia berakhir. Jepang berkuasa di Indonesia. Bukan kemerdekaan dan kesejahteraan yang didapat bangsa Indonesia. Situasi penjajahan tidak berubah hanya kini yang menjajah Indonesia adalah Jepang.Tujuan utama pendudukan Jepang atas Indonesia adalah:
a.       Menjadikan Indonesia sebagai daerah penghasil dan penyuplai bahan mentah dan bahan baker bagi kepentingan industri Jepang.
b.       Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri Jepang. Indonesia dijadikan tempat pemasaran hasil industri Jepang karena jumlah penduduk Indonesia sangat banyak.
c.        Menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mendapatkan tenaga buruh yang banyak dengan upah yang relatif murah.
Untuk memperlancar tujuan maka Jepang harus mampu membungkus tujuan yang jelas-jelas merugikan bangsa Indonesia dengan berbagai propaganda agar diterima oleh bangsa Indonesia. Propaganda Jepang yang menarik simpati rakyat Indonesia adalah sebagai berikut :
a.       Jepang adalah “saudara tua” bagi bangsa-bangsa di Asia dan berjanji membebaskan Asia dari penindasan bangsa Barat,
b.      Jepang memperkenalkan semboyan “Gerakan Tiga A”: Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Cahaya Asia,
c.       Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia, seperti janji menunaikan ibadah haji, menjual barang dengan harga murah,
d.      Jepang memperkenankan pengibaran bendera merah putih bersama bendera Jepang Hinomaru,
e.       Rakyat Indonesia boleh menyanyikan lagu “Indonesia Raya” bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
2.      Secara Yuridis
Kebijakan Pemerintahan Daerah pada waktu bala tentara Jepang berkuasa, Pemerintah Jepang melaksanakan pemerintahan militer di wilayah Hindia Belanda berdasar UU No. 1 tahun 1942. Pada masa penjajahan Jepang juga terdapat regulasi yang mengatur tentang hukum adat di Indonesia, yaitu pada Pasal 3 UU No.1 Tahun 1942 yang menjelaskan bahwa semua badan pemerintah dan kekuasaanya, hukum dan UU dari pemerintah yang dahulu tetap diakui sah buat sementara waktu saja, asal tidak bertentangan dengan peraturan militer. Arti dari Pasal tersebut adalah hukum adat yang diatur pada saat masa penjajahan Jepang sama ketika pada masa Hindia Belanda, tetapi harus sesuai dengan peraturan militer Jepang dan tidak boleh bertentangan. Pada hakikatnya dasar yuridis berlakunya hukum adat pada masa penjajahan Jepang hanya merupakan ketentuan peralihan karena masanya yang pendek. Pada tangga l8 September 1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional. Pemeritahan daerah diatur dengan Osamuserei No. 27 tahun 1942, yang menetapkan penghapusan dewan dewan daerah. Osamuserei adalah peraturan atau Undang-Undang yang cenderung berbau otoriter / pemaksaan.
Dengan penghapusan dewan-dewan daerah ini, terbentuklah sistem pemerintahan tunggal di daerah-daerah otonom. Kepala-kepala daerah Syuutyookan mempunyai kekuasaan yang sangat besar untuk melaksanakan tugas-tugas militer sehari-hari di bawah komando Gunseikan.


3.      Secara Politis
Pada masa awal pendudukan, Jepang menyebarkan propaganda yang menarik. Sikap Jepang pada awalnya menunjukkan kelunakan, misalnya:
a.       Mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di samping bendera Jepang,
b.      Melarang penggunaan bahasa Belanda,
c.       Mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, dan
d.      Mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya,
e.       Kebijakan Jepang yang lunak ternyata tidak berjalan lama.
Jenderal Imamura mengubah semua kebijakannya. Kegiatan politik dilarang dan semua organisasi politik yang ada dibubarkan. Sebagai gantinya Jepang membentuk organisasi-organisasi baru. Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang antara lain Gerakan Tiga A, Putera, dan Jawa Hokokai. Pada dasarnya kebijakan politik Jepang terhadap Rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas yakni menghapuskan pengaruh barat dikalangan rakyat dan memobilisasi mereka demi kemenangan tentara Jepang.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah lembaga – lembaga pemerintahan pada masa kolonial Jepang?
2.      Bagaimana hubungan antar lembaga – lembaga pada masa kolonial Jepang?
3.      Bagaimana keefektivitasan dari pelaksanaan pemerintahan pada masa kolonial Jepang?



 
BAB II
PEMERINTAHAN INDONESIA PADA MASA KOLONIAL JEPANG


1.      Lembaga – Lembaga Pemerintahan pada Masa Kolonial Jepang
Sistem Pemerintahan Jepang di Indonesia menegakkan pemerintahan militer yang diperintah oleh Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Pada masa pendudukan Jepang Indonesia dibagi dalam 3 (tiga) wilayah kekuasaan militer yaitu:
a.      Daerah Jawa dan Madura dikuasai Komandan Pasukan Angkatan Darat Jepang yang ke-16 (Gunseikanbu Jawa) yang berkedudukan di Jakarta
b.      Daerah Sumatra dikuasai oleh Komandan Pasukan Angkatan Darat Jepang yang ke-25 (Gunseikanbu Sumatera) yang berkedudukan di Bukittinggi
c.       Wilayah kepulauan lainnya dikuasai Komandan Pasukan Angkatan Laut Jepang (Minseibu) yang berkedudukan di Makasar (Ujung Pandang)

Pemerintahan tertinggi dilakukan oleh perwira tinggi Jepang yang disebut “Saikoo Sikikan”. Dalam rangka pelaksanaan tugas dekonsentrasi wilayah Jawa dan Madura dibagi atas:
a.       Syuu (Karesidenan) dikepalai oleh seorang Syuu-Cookan (Residen)
b.      Si (Kotapraja) dikepalai oleh seorang Si-Coo (Walikota)
c.       Ken (Kabupaten) dikepalai oleh seorang Ken-Coo (Bupati)
d.      Gun (Distrik) dikepalai oleh seorang Gun-Coo (Wedana)
e.       Son (Kecamatan) dikepalai oleh seorang Son-Coo (Camat)
f.       Ku (Desa) dikepalai oleh seorang Ku-Coo (Kepala Desa)
5
 
Pada masa pendudukan Jepang pada mulanya asas desentralisasi tidak dijalankan. Tetapi dalam perkembangannya kemudian yakni menjelang kekalahannya karena terdesak perlawanan Sekutu, Jepang menghidupkan kembali dewan-dewan daerah untuk menarik simpati rakyat. Dewan Pusat disebut “Cuoo-Sangiin”, Dewan Karesidenan disebut “Syuu-Sangikai” dan dewan untuk kotapraja disebut “Tokubetsu Si Sangikai”. Namun penunjukan atau pemilihan anggota dewan ini tidak demokratis karena hanya sesuai dengan keinginan pemerintahan Jepang saja.Organisasi yang diprakarsai oleh Jepang Pembela Tanah Air (Peta) Gakukotai (laskar pelajar) Heiho (barisan cadangan prajurit) Seinendan (barisan pemuda) Fujinkai (barisan wanita) Putera (Pusat Tenaga Rakyat) Jawa HokokaiKeibodan (barisan pembantu polisi) Jibakutai (pasukan berani mati) Kempetai (barisan polisi rahasia). Mengenai Raad van Nederlandsch-Indie (semacam DPA) dan Volksraad (seperti DPR) dibekukan. Dewan Penasehat Sentral (Cuo Sangi In) yang diketuai oleh Ir. Soekarno, Dewan-dewan Penasihat Karesidenan (Syu Sangi In), dan Dewan-dewan Penasehat Kota (Si Sangi In).(Zaini 1991:124-125)
Mengenai lembaga peradilan Raad van Justitie dan Resi- dentiegerecht untuk golongan Eropa dan yang disamakannya dihapus dan diganti dengan Tihoo Hooin sebagai lembaga peradilan tingkat pertama, yang meneruskan Landraad, “Kootoo Hooin” sebagai lembaga peradilan tingkat banding, dan Saikoo Hooin sebagai lembaga peradilan tingkat kasasi, yang menggantikan Hooggerechtshof. Mengenai Algemeene Rekenkamer (semacam BPK) oleh Pemerintah Militer Jepang tetap dipertahankan, sama halnya dengan keadaan hukum Hindia Belanda, seperti Indische Staateregeling dan jenis-jenis hukum lainnya, asal tidak bertentangan dengan kebijaksanaan Pemerintah Militer Jepang.
Untuk menjalankan pemerintahan militer secara langsung di Indonesia maka dibentuk staf pemerintahan militer pusat yang disebut Gunseikanbu yang terdiri atas lima (5) macam bu (departemen), yaitu sebagai berikut:
a      Sumabu         (Departemen Urusan Umum)
b      Zaimubu        (Departemen Keuangan)
c      Sangyobu      (Departemen Perusahaan, Industri dan Kerajinan)
d     Kotsubu         (Departemen Lalu Lintas)
e      Shihobu         (Departemen Kehakiman)

2.      Hubungan Antar Lembaga – Lembaga pada Masa Kolonial Jepang
Sejumlah tokoh nasionalis Indonesia banyak yang menggunakan kesempatan pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Banyak di antara mereka yang menduduki jabatan-jabatan penting dalam lembaga-lembaga yang dibentuk Jepang. Misalnya, Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur menduduki pimpinan Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Mereka dikenal dengan sebutan “Empat Serangkai”. Putera merupakan sebuah organisasi yang dibentuk Jepang pada Maret 1943, bertujuan menggerakan rakyat Indonesia untuk mendukung peperangan Jepang menghadapi Sekutu.
Melalui Putera, para pemimpin Indonesia dapat berhubungan dengan rakyat secara langsung, baik melalui rapat-rapat maupun media massa milik Jepang. Tokoh-tokoh Putera memanfaatkan organisasi-organisasi itu untuk menggembleng mental dan membangkitkan semangat nasionalisme serta menumbuhkan rasa percaya diri serta harga diri sebagai bangsa.
Mereka selalu menekankan pentingnya persatuan, pentingnya memupuk terusmenerus semangat cinta tanah air, dan harus lebih memperhebat semangat antiimperialisme- kolonialisme. Organisasi Putera mendapat sambutan yang hangat dari seluruh rakyat. Namun, karena Putera nyatanya bermanfaat bagi bangsa Indoensia, pemerintah Jepang akhirnya membubarkannya pada April 1944.
Selain melalui Putera, para pemimpin pergerakan juga berjuang melalui Badan Pertimbangan Pusat atau Cou Sangi In yang dibentuk Jepang pada 5 September 1943. Badan ini beranggotakan 43 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno. Dalam sidangnya pada 20 Oktober 1943, Cuo Sangi In menetapkan bahwa agar Jepang menang dalam perang, perlu dikerahkan segala potensi dan produksi dari rakyat Indoensia.
Untuk melaksanakan ketetapan itu dibentuklah berbagai kesatuan pemuda, sebagai wadah penggemblengan mental dan semangat juang agar mereka menjadi tenaga-tenaga pejuang yang militan. Berbagai kesatuan pemuda yang berhasil dibentuk antara lain: Seinendan (Barisan Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), Seisyintai (Barisan Pelopor), Gakutotai (Barisan Pelajar), dan Fujinkai (Barisan Wanita).
Pada saat penggemblengan mental itulah Ir. Soekarno selalu menyisipkan penanaman jiwa dan semangat nasionalisme, pentingnya persatuan dan kesatuan serta keberanian berjuang dengan risiko apa pun untuk menuju Indonesia merdeka. Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jepang dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh nasional untuk perjuangan. Para pemimpin Indonesia memanfaatkan organisasi ini untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan. Jelas sekali, para pemimpin Indonesia tidak bodoh untuk dibohongi oleh Jepang.

3.      Efektivitas Pelaksanaan Pemerintahan Jepang di Indonesia

a.        Aspek Politik

Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer Jepang) adalah melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan peraturan yang membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8 September 1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional.
Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan badan-badan kerjasama seperti Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang. Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan perusahaan).
Penerapan sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17 daerah, Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3 daerah. Setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di Kalijati maka seluruh daerah Hindia Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan militer. Daerah Jawa dan Madura dikuasai oleh tentara keenambelas denagn kantor pusat di Batavia (Jakarta).Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukittinggi dikuasai oleh tentara keduapuluhlima.Daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku dan Irian Jaya dibawah kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di Makassar.
Selain kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga melakukan perubahan dalam birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan organisasi pemerintahan di tingkat pusat dengan membentuk Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat.
b.      Aspek Ekonomi dan Sosial
Pada dua aspek ini, bagaimana praktek eksploitasi ekonomi dan sosial yang dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia dan bisa membandingkan dampak ekonomi dan social dengan dampak politis dan birokrasi. Hal-hal yang diberlakukan dalam system pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah sebagai berikut:
                                                         i.            Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
                                                        ii.            Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya. Pembatasan teh, kopi dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang. Monopoli tebu dan gula,pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan pertanian dan perkebunan merusak tanah.
                                                      iii.            Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik maupun material.
Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan akan kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi pemerintah. Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan menyerahkan bahan makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak pemiliknya. Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit, gairah kerja menurun, kekurangan pangan, gizi rendah, penyakit mewabah.

c.       Aspek Kehidupan Militer

Pada aspek militer ini, memahami bahwa badan-badan militer yang dibuat Jepang semata-mata karena kondisi militer Jepang yang semakin terdesak dalam perang Pasifik. Memasuki tahun kedua pendudukannya (1943), Jepang semakin intensif mendidik dan melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. Hal ini disebabkan karena situasi di medan pertempuran (Asia – Pasifik) semakin menyulitkan Jepang. Mulai dari pukulan Sekutu pada pertempuran laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar Laut Karang (Agustus 1942 – Februari 1943). Kondisi tersebut diperparah dengan jatuhnya Guadalacanal yang merupakan basis kekuatan Jepang di Pasifik (Agustus 1943).
Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan menghimpun kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga potensial yang akan diikutsertakan dalam pertempuran menghadapi Sekutu.
















 
BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Pada masa pendudukan Jepang terjadi pengekangan politik terhadap Indonesia.  Sejak masuknya kekuasaan Jepang di Indonesia, organisasi-organisasi politik tidak dapat berkembang lagi. Bahkan pemerintah pendudukan Jepang menghapuskan segala bentuk kegiatan organisasi-organisasi, kemudian diganti dengan organisasi buatan Jepang, sehingga kehidupan politik pada masa itu diatur oleh pemerintah Jepang. Pada masa Pemerintahan Militer Jepang yang paling terlihat adalah dengan penghapusan Gubernur Jenderal yang kemudian diganti dengan Gubernur Jepang.
Tidak hanya pengekangan politik yang terjadi di Indonesia, akan tetapi pemerasan sosial-ekonomi terhadap Indonesia juga terjadi antara lain pemerasan bahan makanan dan pemerasan tenaga kerja yang dilakukan oleh pemerintah Jepang. 


2.        SARAN
Kita perlu mengkaji lebih dalam lagi mengenai sejarah sistem pemerintahan pada masa kolonial jepang dan mengkaji lagi efektifitas dan mekanisme pada masa itu yang hingga sekarang terus mengalami dinamika diberbagai bagian Indonesia.






13
 
 

 
DAFTAR PUSTAKA


Zaini, Abdullah. 1991. Pengantar Hukum Tata Negara. Jakarta: Pustaka Sinar
            Harapan.
Abu Daud Busroh dan H. Abukakar Busro; 1983. Asas-asas Hukum Tata Negara.                                
Jakarta : Ghalia Indonesia.
Laksono, Danang Tunjung dan Ekowati Kusuma ;2012. Sejarah Ketatanegaraan       
Indonesia. Sukoharjo : Pustaka Abadi Sejahtera.